Palembang, GemaBerita – Debat Publik dua pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati Empat Lawang yang digelar di Salatin Hotel, Minggu (13/4/2025) malam berlangsung panas. Calon bupati nomor urut 1 H Budi Antoni (HBA) dan calon bupati nomor urut 2 Joncik Muhammad saling bertukar “serangan” satu sama lain.
“Serangan” pertama disampaikan HBA saat sesi pertama yang beragendakan penyampaian visi misi masing-masing pasangan calon baru dimulai. Alih-alih menyampaikan visi misi pasangan H Budi Antoni Aljufri–Henny Verawati, HBA malah mengkritisi kondisi Kabupaten Empat Lawang yang menurutnya memburuk pada masa kepemimpinan Joncik Muhmamad.
“Kondisi infrastruktur banyak yang rusak, irigasi banyak yang rusak layanan kesehatan yang kurang baik, masyarakat menderita karena BPJS tidak dibayar. Belum lagi masalah pendidikan. Dulu pada masa kepemimpinan saya ada beasiswa, sekarang sudah terhenti,” ungkap HBA.
Selanjutnya HBA menyampaikan janjinya untuk memberikan fasilitas pendidikan. “Untuk Sekolah SD dan SMP fasilitas dan seragam kami berikan gratis,” janji HBA.
Serangan kedua HBA dilancarkan setelah pasangan nomor urut 1 Joncik Muhammad-Arifa’i menjawab pertanyaan dari panelis mengenai strategi paslon untuk memperkuat komitmen kebangsaan anak muda Empat Lawang. HBA menilai jawaban yang disampaikan Joncik tidak memberikan solusi kongkret.
Joncik kemudian memberikan tangkisan dengan menjawab, “Pertanyaannya soal strategi, jadi bukan program kongkret. Makanya saya menjelaskan strategi kami mengenai penguatan kembali sejarah kebangsaan kepada anak muda untuk menumbuhkan rasa cinta negara.”
“Pukulan” selanjutnya dilayangkan HBA merespons tanggapan Joncik atas jawaban HBA mengenai pertanyaan dari panelis seputar Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Empat Lawang yang mencapai angka 8,77 persen.
Joncik berkata, “Apa yang disampaikan paslon nomor urut 1 belum menggambarkan strategi untuk meningkatkan daya beli dan pendapatan dari masyarakat Empat Lanwang. Saya bertanya apa strategi dari paslon nomor urut 1?”
HBA lalu merespons, “Harusnya IPM Empat Lawang bisa lebih dari 8,7 persen, karena di Empat Lawang itu ada 4 ribu hekater kebun kopi dan ribuan hektare sawah. Tapi nyatanya banyak infrastruktur yang rusak pada kepemimpinan setelah saya.”

Joncik baru mulai menyerang HBA dengan mempertanyakan kenapa pada masa kepemimpinan HBA selama 7 Tahun sebagai bupati tidak pernah mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK. “Bahkan sempat 2 kali disclaimer. Sementara pada masa kepemimpinan saya, 5 kali selalu mendapatkan WTP,” kata Joncik.
Merespons hal itu, pasangan HBA–Henny lalu mempertanyakan mengenai banyaknya proyek yang mangkrak pada masa kepemimpinan Joncik. Bahkan menurut HBA, proyek normalisasi yang dilakukan Joncik justru merugikan masyarakat.
Hal itu lalu dijawab Joncik dengan menyebut bahwa pada masa kepemimpinannya, proyek Gardu Induk yang mangkrak di masa HBA dia selesaikan. Sementara mengenai proyek normaliasi yang disebut HBA merugikan masyarakat, calon wakil bupati Arifa’i membela Joncik dengan menyebut program tersebut justru menguntungkan masyarakat. “Dengan normalisasi tidak ada lagi banjir,” ungkap Arifa’i.
Serangan terhadap HBA yang tidak pernah mendapatkan WTP, kembali dilanjutkan Joncik pada saat HBA menjawab pertanyaan panelis berikutnya, yakni pertanyaan dengan kode huruf C. Pertanyaan yang disampaikan penelis Ahmad Sofiyan itu bertemakan tata kelola keuangan yang baik.
Setelah HBA menjawab pertanyaan tersebut, Joncik menympaikan pertanyaan. “Kenapa selama saudara jadi bupati 7 tahun tidak pernah dapat WTP, hanya WDP, bahkan dua kali Disclaimer,” tanya Joncik. Namun pertanyaan tersebut tidak direspons oleh HBA dengan berdalih tidak terlalu terdengar pertanyaan yang disampaikan Joncik.

Belum puas, Joncik menyindir HBA dengan menyebut pada masa sebelum kepemimpinannya kondisi keamanan di Empat Lawang masih rawan. “Sebelum saya, jarang sekali anak muda cewek yang berani naik motor antar desa, karena rawan” tukas Joncik.
Hal itu dijawab kubu HBA. Calon wakil bupati Henny yang menyebut banyak masalah keamanan di Empat Lawang yang tidak diangkat ke permukaan. “Salah satu contoh, banyak aset di rumah dinas Wakil Bupati yang hilang. Hal ini karena tidak dijaga Pol PP. Karena Pol PP-nya tidak digaji,” ujar Henny.
HBA kemudian menambahkan masalah narkoba di Empat Lawang yang kini merajalela. HBA menyebut Empat Lawang adalah kabupaten nomor 1 di Sumsel yang rawan narkoba. HBA mengistilahkan membeli narkoba di Empat Lawang bagaikan “Membeli cumpukan terong di Pasar.”
Dengan gampang Joncik mengelak dari serangan Henny tersebut. Dia menyebut masalah yang diungkap Henny tersebut terjadi setelah dia tidak lagi menjadi Bupati. “Saat saya jadi bupati, kemanaan di Empat Lawang sangat baik. Bahkan saya mendapat pin emas dari Kapolda Sumsel karena berhasil menjaga keamanan di Empat Lawang,” kata Joncik.
Sementara mengenai Narkoba, Joncik menyebut adalah masalah nasional. Dia malah mengklaim pemberantasan narkoba di Empat Lawang berhasil dengan baik, dan menyebut mendapatkan penghargaan dari BNN mengenai hal itu.
Bahkan mengenai narkoba, Joncik mempermasalahkan kampanye HBA di Kecamatan Saling yang menyatakan akan menghidupkan lagi pesta malam di Empat Lawang. “Padahal kita tahu pesta malam itu penyebab maraknya narkoba,” ucap Joncik.
Menanggapi hal itu, HBA berdalih, “Pesta malam itu sekadar budaya, untuk masalah narkoba bisa kita atur.”
Serangan kembali disampaikan Joncik saat sesi tanya jawab antar-paslon. Joncik mempertanyakan kembali kenapa di masa kepemimpinan HBA, tidak pernah mendapatkan WTP dan mengenai mangkraknya gardu induk di Empat Lawang. Lalu dijawab oleh HBA bahwa tidak didapatkannya WTP pada zamannya karena masalah peralihan aset dari Kabupaten Lahat yang belum tuntas.

Tak hanya antar-paslon yang saling serang, di tingkatan pendukung juga terjadi saling serang. Hal itu dapat dilihat dari live chat di channel You Tube KPU Empat Lawang banyak komentar dari penonton yang menyerang kedua pasangan calon. Mulai dari masalah korupsi hingga tidak dibayarnya BPJS dan TPP.
Debat pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Empat Lawang ini merupakan tahapan dari pemungutan suara ulang pasca putusan mahkamah konstitusi. Debat dipandu oleh moderator Ananda Nasaya. Sementara panelis terdiri dari Prof. Indawan Syahri (Ketua), Prof. Holijah dan Dr. Sopiyan. Pertanyan yang disampaikan para panelis dirumuskan oleh tim perumus yang diketuai Dr. Erli Salia, Dr. Mada dan Dr. Subardi. (*)
Komentar