Ogan Ilir, GemaBerita – Desa Simpang Pelabuhan Dalam, Pemulutan, Ogan Ilir menjadi saksi sejarah saat Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, memulai langkah besar untuk mewujudkan swasembada pangan nasional.
Di bawah terik matahari dan hamparan sawah yang baru dibuka, Presiden Prabowo terkesima saat mengetahui bahwa lahan yang kini ditanami padi secara serentak tersebut dulunya adalah rawa tak bertuan, bahkan habitat buaya.
“Hari ini saya melihat peningkatan lahan dari yang tadinya rawa dan tidak produktif. Dan katanya di sini (dulu) adalah tempat buaya?” ujar Prabowo heran.
Pertanyaan itu langsung dijawab serentak oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru: “Iya, Pak!”
Transformasi luar biasa itu menjadi simbol kebangkitan baru sektor pertanian Indonesia, dari rawa liar menjadi lumbung pangan yang menjanjikan.
Baca Juga : Gerina: Dari Sehelai Daun, Tumbuh Harapan Bangsa
Menyemai Masa Depan dengan Teknologi Canggih

Di tengah suasana penuh semangat, Presiden Prabowo melakukan penanaman padi menggunakan drone pertanian modern. Teknologi ini mampu menyebar benih padi secara efisien di area luas, 25 hektare dalam sehari, menggantikan kerja manual yang sebelumnya memakan waktu berhari-hari.
“Drone itu bisa menyelesaikan 25 hektare dalam sehari. Dulu satu hektare bisa butuh 25 hari. Sekarang 100 ribu hektare sawah akan kita produktifkan dengan teknologi ini,” jelas Prabowo penuh optimisme.
Presiden juga menekankan pentingnya manajemen air dan perawatan lahan yang baik sebagai faktor kunci peningkatan hasil panen.
Menuju Lumbung Pangan Dunia
Prabowo mengungkapkan bahwa pemerintah sedang membangun 105 ribu hektare sawah baru dengan teknik pertanian paling modern. Program ini ditargetkan meningkatkan produksi beras Sumsel dari 3 juta menjadi 4 juta ton per tahun, kenaikan signifikan sebesar 25%.
“Kita sudah bisa bantu negara sahabat seperti Malaysia. Ini membanggakan. Kita bukan negara peminta-minta, kita negara pemberi bantuan,” tegas Prabowo.
Swasembada Pangan Dimulai dari Desa

Di Desa Sungai Pinang, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Presiden kembali menegaskan bahwa swasembada pangan harus dimulai dari tingkat desa.
“Mulai dari desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga nasional. Kita harus bisa makan dari hasil bumi sendiri,” ujarnya.
Dengan potensi 1 juta hektare lahan rawa di Sumatera Selatan yang bisa disulap menjadi persawahan, Prabowo yakin masa depan pangan Indonesia akan cerah. Ia mendorong agar semua pihak ikut berkontribusi mengubah lahan tidur menjadi lahan produktif, tandus menjadi hijau, dan rakyat menjadi makmur.
Gerina dan Inovasi Lokal: Si OPUNG & Si CEPOT

Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) yang diinovasi oleh Ustaz Adi Hidayat turut mengusung teknologi dan pendekatan baru seperti Si OPUNG (Solusi Olah Padi Terapung) dan Si CEPOT (Solusi Cepat Panen via Pot). Pendekatan ini menyasar pada efisiensi, keberlanjutan, dan pemanfaatan lahan marginal yang sebelumnya tak tersentuh.
Bupati Banyuasin Askolani menyambut gembira peluncuran Gerina di daerahnya. “Ini akan menjadi semangat baru bagi petani Banyuasin. Harapannya bisa meluas ke seluruh wilayah kami,” ujarnya.
Baca Juga : Ustaz Adi Hidayat dan Gerina: Menanam Harapan untuk Negeri
Penanaman Serentak di 160 Kabupaten

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebut penanaman serentak pada bulan April dilakukan di 160 kabupaten/kota dengan melibatkan 8 gubernur dan 3 wakil gubernur.
“Target tanam bulan ini mencapai 1,3 juta hektare, proyeksinya 7,5 juta ton gabah atau setara 3,5 hingga 4 juta ton beras,” kata Amran.
Khusus Sumatera Selatan, kata dia, produksi tahun lalu 2,9 juta ton. Tahun ini optimis tembus 3,7 juta ton.
Pencapaian Bersejarah: Surplus Beras Nasional
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Zulkifli Hasan, menyatakan April ini, Indonesia memiliki stok beras 3 juta ton, jumlah tertinggi dalam 20 tahun terakhir. Bahkan, jika kondisi stabil, tidak akan ada impor beras lagi hingga 2026.
Berdasarkan data BPS, hingga April 2025 produksi gabah nasional telah mencapai 13,9 juta ton, sementara kebutuhan konsumsi nasional hanya 2,6 juta ton per bulan.
“Artinya kita sudah dalam kondisi surplus pangan. Indonesia hari ini membuktikan, kita bisa berdiri di kaki sendiri,” pungkas Zulhas.
Dari Sawah, Lahir Kedaulatan
Langkah demi langkah, benih demi benih, Gerakan Indonesia Menanam bukan hanya soal pertanian. Ia adalah gerakan moral, politik, dan kedaulatan. Dari Desa Simpang Pelabuhan Dalam hingga ke pelosok Nusantara, benih harapan mulai tumbuh, menuju Indonesia yang tak hanya kenyang, tapi juga berdaulat dan bermartabat.
Komentar