GemaBerita – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kian melaju pesat dan memberi dampak besar di berbagai sektor. Tak hanya memudahkan tugas-tugas harian, AI juga mulai mengambil alih pekerjaan yang selama ini dijalankan manusia.
Dari menulis, menganalisis data, hingga merancang visual, kini banyak tugas dapat diselesaikan hanya dengan memberikan perintah (prompt) kepada AI. Namun, di balik efisiensi yang ditawarkan, muncul kekhawatiran besar: akankah manusia benar-benar tergantikan?
Menurut laporan dari PwC, McKinsey, dan World Economic Forum, sekitar 60 persen pekerjaan saat ini akan mengalami perubahan besar karena masuknya AI sebagai bagian integral di dunia kerja. Bahkan McKinsey memperkirakan, 30 persen pekerjaan di AS bisa sepenuhnya otomatis pada 2030.
Goldman Sachs memproyeksikan setengah dari pekerjaan saat ini akan tergantikan pada 2045, seiring dengan meningkatnya penggunaan robot generatif dan sistem otomatisasi canggih.
Baca Juga : Ternyata Bayar Pajak STNK Bisa Tanpa ke Kantor Samsat, Bagaimana Caranya?
Meski begitu, tidak semua profesi akan punah. Pekerjaan yang mengandalkan empati, keterampilan fisik, dan kreativitas dinilai lebih tahan terhadap gelombang otomatisasi.
Berikut 7 jenis pekerjaan yang paling terancam tergantikan oleh AI:
1. Data Entry & Customer Service
Pekerjaan yang melibatkan tugas berulang seperti input data, penjadwalan, dan layanan pelanggan adalah yang paling mudah digantikan oleh AI.
Menurut studi Institute for Public Policy Research (2024), sekitar 60% tugas administratif dapat diotomatisasi.
Bahkan perusahaan besar seperti Black Rock sudah mulai menggunakan AI untuk menyederhanakan pekerjaan back-office, demi memangkas biaya operasional secara signifikan.
2. Pembukuan & Analis Keuangan
Profesi di bidang keuangan kini mulai digeser oleh sistem cerdas.
AI mampu membuat laporan keuangan dan proyeksi dengan kecepatan tinggi. Platform seperti Bloomberg Terminal memungkinkan analisis data secara real-time, mengalahkan kecepatan manusia.
CEO JPMorgan, Jamie Dimon, mengungkapkan bahwa 20% analis di banknya kemungkinan tergantikan AI pada 2030.
3. Profesi Hukum
Pekerjaan hukum yang berbasis dokumen dan penelitian makin rentan tergeser.
Alat seperti Harvey dan CoCounsel telah terbukti dapat memproses dokumen hukum dengan akurasi hingga 90%.
Investor kawakan Ray Dalio juga memperingatkan bahwa peran yang hanya mengandalkan analisis data besar sangat rentan otomatisasi.
Namun, peran strategis seperti advokasi di pengadilan atau penyusunan strategi hukum tingkat tinggi masih dinilai aman karena membutuhkan pertimbangan manusia.
4. Desain Grafis & Copywriting
Kreativitas kini bukan lagi milik eksklusif manusia.
Dengan AI seperti DALL·E dan ChatGPT, pembuatan desain visual dan teks promosi bisa dilakukan hanya dalam hitungan detik.
Pew Research Center memprediksi sekitar 30% pekerjaan di bidang media dan kreatif akan hilang sebelum 2035.
Meski demikian, menurut investor Bill Ackman, karya yang mengandalkan storytelling dan empati masih dinilai lebih unggul jika dikerjakan manusia.
5. Software Developer, Engineer, & Data Scientist
Ironis, tapi nyata: bidang yang melahirkan AI kini juga mulai tergantikan olehnya.
Menurut World Economic Forum (2025), sekitar 40% pekerjaan pemrograman bisa digantikan sebelum 2040.
Meski begitu, cabang seperti keamanan siber dan pengembangan AI sendiri masih akan tetap dibutuhkan manusia, terutama untuk urusan inovasi dan riset lanjutan.
6. Tenaga Medis
Teknologi AI seperti robot bedah dan sistem diagnosa otomatis terus berkembang.
Namun, yang paling terdampak adalah tugas administratif medis seperti pencatatan rekam medis dan pengaturan jadwal pasien.
The Lancet (2023) memperkirakan 25% tugas medis administratif akan terotomatisasi pada 2035.
Tetapi profesi seperti perawat dan dokter yang berinteraksi langsung dengan pasien akan tetap dibutuhkan karena peran empati dan kepercayaan tidak dapat digantikan mesin.
7. Tenaga Pendidik
AI kini bisa membantu memberikan materi pelajaran dasar, melakukan penilaian otomatis, dan menangani tugas-tugas administratif.
OECD (2024) menyebut sekitar 10% pekerjaan guru bisa digantikan AI sebelum 2040.
Namun, pembelajaran yang menuntut kecerdasan emosional seperti pengajaran anak usia dini dan filsafat, masih akan memerlukan sentuhan manusia.
Menurut Jamie Dimon dan Bill Ackman, guru yang mampu menginspirasi dan membimbing secara personal akan tetap tak tergantikan.
Menghadapi Masa Depan
Meskipun sebagian besar prediksi ini belum sepenuhnya terjadi, tren perkembangan AI tidak bisa diabaikan. Melatih ulang keterampilan dan mengembangkan kecerdasan emosional menjadi kunci untuk bertahan di era kerja berbasis teknologi ini.
Komentar