Jakarta, GemaBerita – Gelombang konten anomali yang kian membanjiri linimasa media sosial rupanya tak luput dari perhatian Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Fenomena konten unik, absurd, bahkan tak jarang out of the box yang belakangan viral, termasuk kemunculan karakter AI seperti “Tung-tung Sahur,” memicu respons dari Komdigi yang kini tengah menyiapkan langkah pengawasan lebih ketat.
Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital Komdigi, Alexander Sabar, mengungkapkan pihaknya akan menjadikan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dan Perlindungan Anak sebagai pijakan utama dalam melakukan pengawasan ini.
Menurutnya, regulasi yang menitikberatkan pada perlindungan anak tersebut secara implisit turut mengatur perihal konten yang beredar di ranah digital.
“Dalam peraturan mengenai perlindungan anak kan sebenarnya juga ada mengatur masalah konten. Jadi, perlindungan anak itu mengatur terkait produk, fitur, dan layanan, termasuk konten. Peraturan pemerintah itu dimaksudkan untuk hal tersebut nantinya,” jelas Alexander kepada awak media, Senin (12/5/2025).
Pernyataan ini mengindikasikan Komdigi melihat potensi dampak konten anomali, terutama bagi kalangan anak-anak, sebagai alasan utama untuk mengambil langkah pengawasan.
Meski demikian, Alexander mengingatkan implementasi penuh dari Peraturan Pemerintah Tata Kelola untuk Anak Aman dan Sehat Digital (PP Tunas) memerlukan waktu penyesuaian yang tidak singkat, diperkirakan mencapai dua tahun. “Terkait timeline, kalau kita baca di PP-nya sendiri, itu ada waktu penyesuaian selama dua tahun,” terangnya.
Hal ini menunjukkan, meskipun perhatian terhadap konten anomali sudah meningkat, implementasi kebijakan pengawasan yang konkret masih memerlukan waktu.
Sebagai catatan, konten anomali sendiri memiliki sejumlah karakteristik khas yang membuatnya menonjol di antara konten lainnya. Ciri-ciri tersebut meliputi visual atau audio yang tidak konvensional (seperti editan berlebihan atau suara glitch), humor yang absurd dan sulit ditebak, gaya penyajian yang terkadang menimbulkan kesan tidak nyaman (uncanny), narasi yang seringkali tidak jelas atau sulit dipahami, serta kemiripan dengan estetika video cursed atau liminal spaces yang menciptakan suasana ganjil dan membingungkan.
Komentar