Jakarta, GemaBerita – Dalam sebuah pernyataan mengejutkan, salah satu petinggi Google memprediksi komputer kuantum akan membawa perubahan besar bagi peradaban manusia dalam waktu dekat. Julian Kelly, Direktur Perangkat Keras Google Quantum AI, yakin dalam lima tahun ke depan, teknologi revolusioner ini akan mencapai titik balik yang mampu mengubah cara kita memandang komputasi selamanya.
“Kami memperkirakan dalam lima tahun lagi kita akan mencapai terobosan nyata, di mana komputer kuantum bisa menyelesaikan masalah-masalah praktis yang mustahil dikerjakan komputer biasa,” ujar Kelly dalam wawancara eksklusif dengan CNBC International, Kamis (27/8/2025).
Dunia komputasi kuantum memang sedang memanas belakangan ini. Google sendiri telah membuat terobosan signifikan pada Desember lalu dengan prosesor kuantum terbarunya. Tidak mau ketinggalan, Microsoft pada Februari 2025 meluncurkan chip kuantum eksperimental bernama Majorana. Yang membuatnya istimewa, Microsoft bahkan harus menciptakan material baru khusus untuk membuat chip ini bekerja.
Saat ini, komputer kuantum tercanggih Google memiliki 105 qubit – unit dasar komputasi kuantum. Namun para ahli memperkirakan, untuk mencapai aplikasi yang benar-benar berguna bagi kehidupan manusia, diperlukan sistem dengan minimal 1 juta qubit atau lebih.
Akar teknologi ini bisa ditelusuri hingga tahun 1980-an, ketika para fisikawan pertama kali memimpikan komputer yang bekerja berdasarkan prinsip mekanika kuantum. Berbeda dengan komputer konvensional yang menggunakan bit (bernilai 0 atau 1), komputer kuantum menggunakan qubit yang bisa berada dalam keadaan superposisi, artinya bisa 0, 1, atau keduanya sekaligus.
“Komputer kuantum memungkinkan kita mengakses cara kerja alam semesta pada tingkat paling fundamental. Ini bukan sekadar komputer yang lebih cepat, tapi cara berpikir yang sama sekali baru tentang komputasi,” jelas Kelly.
Menurut Kelly, aplikasi pertama yang mungkin muncul dari teknologi ini adalah dalam bidang simulasi fisika mutakhir. Komputer kuantum bisa mensimulasikan sistem fisika yang terlalu kompleks untuk komputer biasa, membuka pintu bagi penemuan-penemuan baru di bidang material science, kimia, dan fisika partikel.
Yang lebih menarik, komputer kuantum juga berpotensi menciptakan jenis data baru yang bisa digunakan untuk melatih sistem kecerdasan buatan. Meski Kelly mengakui aplikasi ini masih bersifat spekulatif, kemungkinannya cukup menjanjikan untuk menarik minat para peneliti dan investor.
Industri komputasi kuantum memang sedang mendapatkan angin segar. Minat investor melonjak setelah kesuksesan chip AI buatan Nvidia, membuat banyak pihak mencari teknologi berikutnya yang bisa menciptakan revolusi serupa.
Namun tantangan teknis masih besar. Selain masalah jumlah qubit, para insinyur juga harus memecahkan masalah stabilitas sistem dan koreksi error yang jauh lebih kompleks dibanding komputer biasa.
“Kami sedang berada di fase yang sangat menarik. Setiap terobosan kecil saat ini bisa menjadi batu loncatan untuk lompatan besar di masa depan,” kata Kelly.
Dengan perkembangan pesat yang terjadi, dunia mungkin memang sedang berada di ambang era baru komputasi. Pertanyaannya, sudah siapkah kita menyambut revolusi kuantum yang akan mengubah segalanya?
Komentar