Banyuasin, GemaBerita – Di tengah geliat tantangan global, perubahan iklim, dan ketergantungan pangan impor, sebuah secercah harapan tumbuh dari tanah subur Banyuasin, Sumatera Selatan. Hari itu, langit cerah menjadi saksi diluncurkannya Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.
Bukan sekadar acara seremonial, tetapi penanda kebangkitan kesadaran nasional: bahwa kemandirian pangan dimulai dari satu benih yang ditanam dengan semangat bersama.
Baca Juga : Ustaz Adi Hidayat dan Gerina: Menanam Harapan untuk Negeri
Api Semangat dari Sawah Banyuasin

Ladang yang luas terbentang menjadi panggung perjuangan baru. Presiden, dengan kemeja khasnya dan semangat yang tak tergoyahkan, melangkah ke tengah sawah. Di sana, ia tak hanya memberi instruksi, tapi turut serta dalam tanam raya bersama ratusan petani, pelajar, ASN, hingga masyarakat sekitar. Tangan yang biasa menggenggam mikrofon kebijakan kini menyentuh bumi, menanam benih harapan.
“Negara yang kuat adalah negara yang bisa memberi makan rakyatnya sendiri. Dengan menanam, kita membangun masa depan,” ucap Presiden dengan lantang, disambut gemuruh tepuk tangan dan sorak sorai warga yang hadir.
Kata-kata itu menembus hati, menggetarkan semangat. Di tengah dunia yang tak pasti, Indonesia memilih untuk kembali pada akar kekuatannya, pangan dan tanah.
Gerina: Bukan Sekadar Program, Tapi Gerakan Jiwa
Gerina bukan proyek jangka pendek. Ia adalah gerakan kolektif yang lahir dari kesadaran bangsa, bahwa kemandirian pangan adalah bagian dari harga diri nasional. Ia mengajak siapa saja, dari petani hingga pelajar, dari ASN hingga ibu rumah tangga, untuk bersama menanam sebagai wujud cinta tanah air.
Tak hanya padi, jagung, dan kedelai, Gerina juga membuka ruang untuk tanaman hortikultura, obat-obatan tradisional, dan pangan alternatif lokal yang mulai terpinggirkan. Diversifikasi ini bukan semata soal ketahanan, tetapi juga keberagaman dan kebijaksanaan lokal yang selama ini menjadi kekuatan desa-desa di Indonesia.
Filosofi Menanam: Dari Aksi Menjadi Gaya Hidup

Gerina bukan tentang angka dan statistik. Ia tentang kebiasaan yang diwariskan, kesadaran yang ditanamkan, dan rasa memiliki terhadap tanah yang diinjak. Pemerintah ingin menanamkan nilai-nilai menanam sebagai bagian dari gaya hidup bangsa: sederhana, produktif, dan berkelanjutan.
Gerakan ini digagas agar tumbuh dari bawah, dari sekolah, pesantren, kelompok tani, hingga komunitas urban farming di perkotaan. Di kota-kota besar, Gerina akan hadir dalam bentuk pertanian vertikal, kebun hidroponik, hingga pemanfaatan lahan sempit di rumah-rumah warga.
Pilar Pendukung: Sinergi dan Aksi Nyata
Untuk memastikan keberlanjutan gerakan ini, pemerintah telah menyiapkan sejumlah program pendukung yang tak kalah penting:
- Pelatihan dan pendampingan petani melalui penyuluh pertanian profesional.
- Distribusi bibit unggul dan pupuk ramah lingkungan agar produktivitas tetap sejalan dengan kelestarian.
- Pemanfaatan lahan tidur, baik di desa maupun di kawasan urban.
- Kolaborasi lintas sektor, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, agar kesadaran ini tertanam sejak dini.
Presiden menekankan bahwa semua lini pemerintahan harus bersinergi. Tak hanya Kementerian Pertanian, tapi juga Kementerian Pendidikan, Kementerian Desa, hingga pemerintah daerah. Regulasi, anggaran, hingga infrastruktur akan diarahkan untuk menjamin keberhasilan Gerina.
Menanam Hari Ini, Menuai Masa Depan

Gerina bukan hanya gerakan pertanian, tapi gerakan moral dan spiritual bangsa. Ia mengajarkan kesabaran, ketekunan, dan rasa syukur. Bahwa dari sebiji benih yang ditanam hari ini, anak cucu kita bisa makan dan hidup di kemudian hari.
Bagi para petani yang selama ini merasa berjalan sendiri, Gerina adalah pelukan hangat dari negara. Bagi generasi muda, ini adalah undangan untuk mencintai tanah air dengan cara paling sederhana: menanam.
Presiden menutup acara dengan kalimat yang menyentuh hati dan menggugah kesadaran:
“Mari kita tanam harapan, panen masa depan. Gerina bukan hanya gerakan menanam, tapi gerakan membangun bangsa.”
Di tengah dunia yang cepat berubah, Gerina mengingatkan kita untuk kembali pada yang hakiki, yaitu pangan, tanah, dan gotong royong. Karena sejatinya, dari sehelai daun yang tumbuh, harapan bangsa juga ikut mekar.
Komentar