Palembang, GemaBerita — Gubernur Sumatra Selatan, Herman Deru, angkat bicara soal insiden pengancaman terhadap dr. Syahpri Putra Wangsa, dokter spesialis yang bertugas di RSUD Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin. Ia menegaskan bahwa proses hukum harus tetap berjalan, meskipun pihak keluarga pasien dan dokter telah saling memaafkan.
“Saya mengecam keras kejadian itu. Kalau secara pribadi sudah saling memaafkan, itu urusan mereka. Tapi secara hukum, tidak bisa berhenti di situ,” ujar Herman Deru di Palembang, Senin (18/8/2025).
Menurutnya, tindakan intimidatif terhadap tenaga kesehatan merupakan preseden buruk yang bisa merusak semangat pengabdian para dokter, terutama mereka yang bersedia bertugas di daerah.
“Ini bukan sekadar insiden. Kita bicara soal semangat pengabdian. Kalau dokter spesialis saja diperlakukan seperti itu, bagaimana kita bisa menjaga kepercayaan mereka untuk tetap bertugas di daerah?” tuturnya.
Gubernur juga mengungkapkan bahwa Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel telah diterjunkan ke Musi Banyuasin untuk menindaklanjuti kasus tersebut. “Tim dari Dinkes sudah turun ke lapangan. Kita ingin pastikan semua berjalan sesuai prosedur,” katanya.
Sementara itu, Polres Musi Banyuasin telah memeriksa empat orang terkait dugaan intimidasi dan ancaman terhadap dr. Syahpri. Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Nandang Mu’min Wijaya, menyebutkan bahwa penyidik juga telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
“Penyelidikan masih berlangsung. Kami harap dalam waktu dekat bisa masuk ke tahap penyidikan,” ujar Nandang.
Ia menegaskan bahwa kasus ini akan ditangani secara serius. Terlapor yang merupakan keluarga pasien dijerat dengan pasal 335 KUHP tentang pemaksaan dan ancaman kekerasan.
“Masyarakat tak perlu khawatir. Proses hukum tetap berjalan. Kami pastikan tidak ada intervensi,” tambahnya.
Insiden bermula saat keluarga pasien memaksa dr. Syahpri untuk melepas masker saat memeriksa pasien di ruang ICU VIP RSUD Sekayu. Padahal, penggunaan masker merupakan bagian dari protokol kesehatan dan SOP rumah sakit.
“Saya hanya menjalankan prosedur. Tapi ketika dipaksa membuka masker, saya merasa keselamatan saya sebagai tenaga medis terancam,” ungkap dr. Syahpri.
Komentar