Palembang, GemaBerita – Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Selatan (Sumsel) merilis data terbaru yang menyoroti dinamika kemiskinan di wilayahnya. Meskipun secara keseluruhan angka kemiskinan mengalami penurunan pada Maret 2025, kawasan perkotaan justru mencatatkan lonjakan.
Kepala BPS Sumsel, Moh. Wahyu Yulianto, menjelaskan bahwa kategori kemiskinan ditentukan berdasarkan pendapatan minimum untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup.
“Dalam konteks Sumsel, rumah tangga dengan empat anggota keluarga yang hanya berpenghasilan Rp2,83 juta per bulan masuk kategori miskin. Rata-rata rumah tangga miskin memiliki 4,88 jiwa, sehingga per kapita hanya memperoleh Rp581.702 per bulan,” ujar Wahyu, Rabu (30/7/2025).
Jumlah penduduk miskin Sumsel per Maret 2025 mencapai 10,15 persen dari total populasi, atau sekitar 919.600 jiwa. Angka ini menunjukkan penurunan 0,36 persen poin dibandingkan enam bulan sebelumnya. Namun, tren berbeda terjadi di wilayah perkotaan.
“Secara agregat memang turun, tetapi lonjakan justru terjadi di kota-kota besar. Ini penting untuk jadi perhatian, karena distribusi penduduk miskin memengaruhi status dan arah kebijakan ekonomi daerah,” ungkap Wahyu.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa konsumsi bahan pokok menjadi elemen krusial dalam penentuan garis kemiskinan. Komoditas seperti beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, daging ayam, dan mie instan tercatat memiliki dampak signifikan terhadap daya beli masyarakat miskin.
“Kenaikan harga atau keterbatasan akses terhadap bahan-bahan tersebut langsung memengaruhi kestabilan ekonomi rumah tangga miskin,” katanya.

Komentar